Assalamu’alaikum..
Semoga
yang menyempatkan diri untuk membaca “tulisan saya” (lagi) senantiasa mendapatkan
ilmu dan rahmat juga berkah dari-Nya. Aamiin.. ^^
Setelah
menyapa, kali ini seperti biasa, selalu memberi tahu tujuan dan karena apa tulisan-tulisan
saya ada. ^^ Jawabannya tetap akan sama : tujuannya adalah menginspirasi banyak
insan-insan shalih/ah dan berlandaskan alasan karena –ini pengalaman pribadi-
yang insyaAllah akan senantiasa mencurahkan ilmu kepada yang membaca. Aamiin ^^
“Cek
I Do Te”
Tak terasa kurang lebih 2 minggu aku
nikmati liburanku dengan membagi waktu di Medan, Pakam, Galang, dan saat
mengetik tulisan ini aku sedang berada di depan Lapy kesayangan bertempat di
BT.Pom Oil Mill, Muko-Muko, Bengkulu.
Li-bu-ran. Ya, 1 kata yang siapa sih
tidak mau menikmatinya? Semua yang punya aktivitas tertentu bahkan meskipun
tidak kerja dan hanya di rumah saja mau jika diajak untuk berlibur. Ya kan?
Tapi disini, bukan liburannya yang akan dibahas, melainkan apa saja pelajaran
yang didapat dari liburan kurang lebih 2 minggu yang telah aku lalui. *.*
Pagi ini, ntah mengapa ada hasrat
ingin berbagi ilmu lagi kepada pembaca, tentang bagaimana jiwa yang masih perlu
banyak belajar dan berbenah diri ini menyampaikan pengalaman rasa yang mungkin
juga sering kalian rasakan. “FUTUR” Ya, liburan telah membuatku nyaris futur
atau memang lagi dititik pusat keFuturan itu dan selama kefuturan itu menemani,
aku sadar akan satu hal kawan. Kalian ingin tahu? ^^ “Aku menyadari bahwa aku
tidak bisa sendiri, aku harus memiliki seseorang yang senantiasa mengingatkanku
untuk terus meningkatkan iman.” Ya, pagi ini, hal itu yang aku pikirkan, sampai
pada selesai membereskan rumah, aku melihat tumpukan buku-buku kusam kepunyaan
Ayah tersusun rapi dan mulai aku baca tiap judulnya sampai dimana aku menemukan
satu judul yang menurutku sangat menginspirasi untuk pembuatan tulisan ini,
yakni : “Yang Menguatkan dan Yang Membatalkan Iman.” Huuuufffhh (buang nafas
dulu ya?). hehe. Buku karya Dr. Muhammad Na’im Yasin itu, jujur, hanya judulnya
saja yang aku baca dengan sesekali membuka halamannya. (hanya membaca judul
besar tiap halaman) hehe, tapi dari sekedar judul bukunya, aku terinspirasi
untuk menuliskan tentang “Futur” yang belakangan ini aku alami. Yang semoga kalian
tidak mengalaminya, karena akan sangat penuh dengan usaha lagi untuk
membangkitkan rasa cinta dan ketaatan kepada Allah jika futur itu
berkepanjangan, tapi Alhamdulillah, CUKUP futur itu menemaniku 2 minggu
belakangan ini, tidak untuk kedepannya. Aamiin. Langsung saja deh, dengan
ditemani hujan dan lagu-lagu Edcoustiq mari tarikan jari-jarimu, Princess
Shalihah.. {}
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Untukku, Untukmu, Untuk kita. ^^
Apa sih definisi Futur? Penyebabnya
apa? Trus solusinya bagaimana?
·
Definisi
Definisi ini aku ambil
dari Artikel Online Hasan Albanna
-Futur, secara bahasa
mempunyai dua makna, pertama yaitu terputus setelah bersambung,
terdiam setalah bergerak terus. Kedua yaitu
malas, lamban atau kendur setelah rajin bekerja.
Futur secara istilah
merupakan suatu penyakit yang dapat menimpa seseorang yang berjuang di jalan
Allah. Futur yang paling ringan menyebabkan seseorang terhenti setelah
terus-menerus melakukan ibadah. Ar Râghib berkata, “Futûr ialah diam setelah
giat, lunak setelah keras, dan lemah setelah kuat.”
Sedangkan
dalam bahasa Arab, Futur berasal dari kata : Fatara – Yafturu – Futurun,
yang artinya menjadi lemah.
Maka, aku menyimpulkan
bahwa Futur adalah satu kondisi dimana seorang hamba Allah yang sebelumnya
gemar melakukan ibadah yang kemudian malas dan mengulur-ulur waktu untuk
melakukan ibadah itu. Menurut sms yang masuk ke Handphoneku dan itu dari Teteh
shalihah, (hehe) yang senantiasa memotivasiku untuk terus meningkatkan iman,
Futur adalah kondisi dimana kita jauh dari Allah.
Ya,
sudah cukup jelas tho? Sudah mengerti maknanya kan? Jadi, nanti ketika ada
teman ente-ente yang bilang, “Aku lagi futur ni (dengan muka sedihnya).” Eh,
datang ente nanya ke yang lagi furur, “Emang futur itu apaan?” Wah, gawat. Yang
lagi futur makin futur dah tu. Hehe. Ya Allah, jauhkan kami dari kefuturan itu.
Aamiin.
Beranjak
dari definisi, kita bahas penyebabnya.
·
Penyebab Futur
Setelah diteliti lebih dalam dan bertanya dalam hati
nurani sendiri, “Pudh, apasih yang menyebabkan kamu futur?” Nah, si hati jawab,
“Aku sekarang jauh dari insan-insan shalihah yang senantiasa menyemangatiku,
intensitas mengkaji Al-qur’anku kurang dan Tilawahnya apalagi serta selama
liburan tidak ada mengikuti kajian-kajian keislaman.” Hufh (buang nafas lagi
ya?) -_- Ya, salah satu faktor utamanya adalah “Jauh dari mereka, insan-insan
shalihah yang senantiasa menyemangatiku.” Eits, bukan berarti aku beribadah
selama ini karena ada mereka ya? “TIDAK.” Terkadang, untuk menjaga keimanan
kita tetap terjaga, kita butuh orang-orang yang selalu menyemangati kita, kita
butuh kajian-kajian tentang islam, kita butuh berbaur dengan mereka membahas
tentang islam, agar senantiasa untuk menuju Ridho Allah, islam menjadi
perbincangan dari lisan-lisan kita.
“Aku masih berbenah diri, aku pun masih banyak kesalahan,
aku insan yang masih lemah iman, namun aku tak mau terus seperti ini, bangkit
dan bangkit kembali harus ku lakukan.” (bisikku dalam hati)
So, sekarang aku harus beranjak lagi, bangkit kembali dan
meninggalkan masa-masa futur itu, ya, sekarang, bukan nanti. ^^ Dan yang harus
aku pelajari adalah, bagaimana aku bisa tetap menjaga keimanan saat atau bahkan
jauh dari sahabat-sahabat yang shalihah. (Lah, ingat mereka jadi pengen nangis,
kangen berat) :’( “InsyaAllah seminggu lagi kita akan bertemu.” Aamiin. ^^
Untuk lebih tahu dan mengerti penyebab futur, maka aku
aku ambil penjelasannya dari Artikel Hasan Al-banna ajj ya? Karena sejatinya
diri ini masih perlu banyak belajar dan belum terlalu dalam memahami tentang
futur.
Cek I Do Te
-Sebab Futur- (Artikel Hasan Al-Banna) bisa diakses di http://www.hasanalbanna.com/futur-sebab-dan-terapinya/
Pertama, berlebihan dalam Din (Agama).
“Sesungguhnya
Din itu mudah, dan tidaklah seseorang mempersulitnya kecuali
akan dikalahkan atau menjadi berat mengamalkannya.” (H.R. Muslim). Karena
itu, amal yang paling di sukai Allah swt. adalah yang sedikit dan kontinyu.
“Lakukanlah amal sesuai dengan kemampuanmu karena sesungguhnya Allah tidak
merasa bosan sehingga kamu sendiri merasa bosan. Sesungguhnya amalan yang
paling disukai Allah ialah yang dilakukan secara rutin walaupun sedikit.” (HR.
Bukhari & Muslim).
Kedua, berlebih-lebihan dalam hal yang mubah.
Allah
berfirman, “Makan dan minumlah, tapi jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS Al A‘raf: 31).
Ketiga, memisahkan diri dari jamaah.
Mengedepankan
hidup menyendiri dan berlepas dari jamaah. Jauhnya seseorang dari jamaah
membuatnya mudah dimangsa syetan. Rasulullah bersabda: “Syetan itu akan
menerkam manusia yang menyendiri, seperti serigala menerkam domba yang
terpisah dari kawanannya.” (HR. Ahmad).
Keempat, sedikit mengingat akhirat.
Banyak
mengingat kehidupan akhirat membuat seseorang giat beramal. Selalu diingatakan
adanya hisab atas setiap amalnya. Sebaliknya, sedikit mengingat akhirat
menyulitkan seseorang untuk giat beramal. Ini disebabkan tidak
adanya pemicu amal, yaitu untuk mendapatkan pahala di sisi Allah.
Rasulullah bersabda: “Sekiranya engkau mengetahui apa yang aku ketahui,
niscaya engkau akan banyak menangis dan sedikit tertawa. Para shahabat
bertanya, “Apa yang Anda lihat wahai Rasulullah?” Aku telah melihat indahnya surga
dan ngerinya neraka.” (HR. Muslim).
Kelima, masuknya barang haram ke dalam perut.
Mengkonsumsi
sesuatu yang syubhat, apalagi haram. “Barangsiapa menjaga diri dari syubhat,
maka ia telah melindungi agamanya dan kehormatannya. Dan barangsiapa terjerumus
dalam syubhat, maka ia bisa terperosok dalam keharaman.” (HR. Bukhari no.
52, dan Muslim no. 1599).
Keenam, tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan.
“Hai
orang-orang yang beriman sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu
ada yang menjadi musuh bagimu. Maka hati-hatilah kamu terhadap mereka.” (QS Al
Ahqaf: 14).
Ketujuh, bersahabat dengan orang-orang yang lemah.
Rasulullah bersabda: “Seseorang sangat dipengaruhi teman dekatnya, maka
hendaklah ia melihat (selektif) dengan siapa ia berteman.” (HR. Abu
Daud).
Kedelapan, spontanitas dalam beramal.
Tidak
ada perencanaan yang baik, baik dalam skala individu (fardi) maupun komunitas
(jama’i). Amal yang tidak terencana, tidak memiliki tujuan sasaran dan sarana
yang jelas, tidak dapat melahirkan hasil yang diharapkan. Karena itu
setiap amal harus memiliki minhajiatul amal (sistematika kerja). Hal
ini akan membuat ringan dan mudahnya suatu amal.
Kesembilan, jatuh dalam kemaksiatan.
Perbuatan
maksiat membuat hati tertutup dengan kefasikan. Jika kondisi ini terjadi,sulit
diharapkan seorang juru dakwah mampu beramal untuk jamaahnya. Menjaga diri
sendiri saja kesulitan, aplgi orang lain.
(Mata melotot ke Lapy dan nelen
ludah dalam-dalam sambil berkata, “NO, aku tidak mau seperti yang dipaparkan
diatas dan aku tidak seperti itu.”) Mengerikan bukan? Ketika jauh dari Allah,
maka maksiat akan kita lakoni. Na’udzubillah Min Dzalik. “KATAKAN TIDAK UNTUK
FUTUR, TAPI KATAKAN IYA UNTUK SENANTIASA MENINGKATKAN KEIMANAN.” ^^
Terus, bagaimana solusinya Put? Nah,
ini ni yang harus berpikir keras buat solusinya bagaimana. Hmm, kalau aku
sendiri mempunyai solusi yang kerap kali aku lakukan kalau lagi masa-masa
futur.
1. Minta
sahabat atau bahkan orang terdekat kita untuk terus semangati diri kita untuk
bangkitkan keimanan lagi, dengan kata lain, Semangat dari diri sendiri itu jauh
lebih penting, tapi tidak salah untuk menambah kadar semangat kita dengan
meminta orang terdekat mensupport kita kan? ^^ 2. Berusaha semaksimal mungkin
untuk tidak menunda-nunda waktu shalat. 3. Perbanyak aktivitas yang bermanfaat,
misalnya : baca Al-qur’an, baca buku-buku tentang islam (penambah wawasan dan
keimanan). 4. Senantiasa mengingat Allah (dzikir). 5. Luangkan waktu untuk
mengerjakan sunnah nabi, shalat Tahajud atau Dhuha, puasa senin kamis. Eits,
tapi kontiniyu yaaaaa!!! ^^ bukan hanya disaat Futur saja. 6. Tinggalkan
aktivitas yang mengandung banyak kemubahan. 7. Merenung itu perlu, maka
luangkanlah sejenak waktu untuk merenungkan kesalahan kita, penyebab dan solusi
atas kefuturan kita dan yang paling ngena sepertinya “Ingat Mati”, dengan
begitu, insyaAllah, diri kita akan senantiasa terus menambah keimanan agar
memperoleh bekal menuju kematian. (Duh, bicara kematian, ane jadi ngeri sendiri
sob. Hufh, semoga kita meninggal dengan Khusnul Khatimah.) Aamiin ^^
Nah, nggak lengkap dong kalau hanya
penyebab Futur dari Artikel Hasan Al-Banna saja yang dituangkan ditulisan ini,
jadiiiii terapinya juga harus. Baiklah, cek i do te.
Terapi futur dari Artikel Hasan Al-Banna
1.
Menjauhi maksiat dan keburukan. Sebagaimana ibadah bisa menghindarkan diri
dari maksiat, maksiat juga bisa menjauhkan seseorang dari amal-amal kebajikan.
2.
Istiqamah dengan amalan-amalan harian untuk meningkatkan kekuatan rohani
dan jasmani. Hanya dengan persiapan rohani dan jasmani sajalah kita dapat
mengarungi berbagai macam rintangan kehidupan.
3.
Menjaga waktu-waktu yang utama dan menghidupkan amalan ketaatan. Sebagai
contoh, berpuasa pada hari Senin dan Kamis, shalat dhuha, memperbanyak zikir
dan doa.
4.
Menjaga diri dari sikap melampau batas dan terlalu menyusahkan diri dalam
urusan agama. Melakukan amalan yang sedikit tetapi istiqamah adalah lebih baik
daripada melakukan banyak amalan tetapi hanya sesaat.
5.
Menggabungkan diri dengan jemaah Islam dan meninggalkan ‘uzlah. Hanya dengan
menyertai jemaah seseorang itu dapat meningkatkan diri dan tidak mudah tertipu
oleh syetan.
6.
Mengenali cobaan-cobaan di jalan dakwah, agar tidak mudah patah semangat
atau kendur dan futur.
7.
Selalu bergaul dengan orang yang shalih dan banyak melakukan amal shalih.
8.
Memberi hak-hak tubuh dan jasmani seperti istirahat dan menjaga kesehatan.
9.
Memberi ruang pada jiwa untuk menikmati perkara-perkara yang dibolehkan,
seperti bergurau, bermain dan berekreasi.
10.
Banyak membaca buku sirah nabi dan sejarah orang-orang yang shalih, agar
termotivasi untuk mengikuti jejak mereka.
11.
Senantiasa mengingat mati dan perkara-perkara yang berkaitan dengannya
seperti azab kubur dan akhirat.
12.
Sentiasa membayangkan nikmat surga dan azab neraka. Ini akan memantapkan
lagi iman dan menguatkan semangat untuk memikul amanah Allah.
13.
Selalu menghadiri majlis ilmu. Ini kerana ia akan mengembalikan semangat
yang kendur, dan mengingatkan ajaran yang terlupakan.
14.
Memahami kesempurnaan Islam dengan mengamalkan kesyumulan agama itu
sendiri. Ini akan mengelakkan pemahaman yang cetek terhadap Islam.
15.
Sering bermuhasabah diri. InsyaAllah ia akan cepat menyadarkan kita
daripada kelesuan dan kemalasan (futur).
Penutup
Ibnul Qayyîm rahimahullah berkata, “Saat-saat futur bagi
para shalikin (orang-orang yang meniti jalan menuju Allah) adalah hal
yang tak dapat terhindarkan. Barangsiapa yang futûrnya membawa ke arah
murâqabah (merasa diawasi oleh Allah) dan senantiasa berlaku benar, tidak
sampai mengeluarkannya dari ibadah-ibadah fardhu, dan tidak pula memasukkannya
dalam perkara-perkara yang diharamkan, maka diharapkan ia akan kembali dalam
kondisi yang lebih baik dari sebelumnya.” (Kitab Madrijus Salikin).
Nah, wes kabeh
pembahasannya kan? ^^ hehe, semoga bermanfaat ya teman. Jangan pernah bosan
baca tulisannya si Princess Shalihah ya?!! Panjang lebar, tapi insyaAllah akan
senantiasa menginspirasi, sebab dia sedang belajar dan akan terus belajar.
Semoga Allah senantiasa meningkatkan keimanan kita dan kita senantiasa
meletakkan cinta kepada-Nya di atas cinta yang lain. Aamiin.
Akhir kata, Wassalamu’alaikum dan sebagai penutup aku ingin memberikan satu
kalimat motivasi.
“DENGAN MENULIS KITA DAPAT MENGGUNCANG
DUNIA” ^^
Pagi yang ditemani rintik-rintik hujan
dan music Adcoustic
Bunga Tanjung, Muko-Muko, Bengkulu, Kamis,
21 Feb 2013
“Princess Shalihah” ^^ {}
3 komentar:
Semoga senantiasa mengingat Allah, dijauhkan dari futur yang berkepanjangan.. aamiin.. Jazakillah Khairan ukhty....🙏
Jazakillah khoiron katsiron ukhty..sngt menginspirasi bngt buat saya
Posting Komentar