Jumat, 29 Maret 2013

Muhasabah ^^


Muhasabah

Pagi ini, selesai semua pekerjaan rumah dari mulai nyapu sampai nyuci piring dan nyuci pakaian, aku putuskan untuk bersantai di kamar sang mb kesayangan dengan online fb dan twitter. Saat on di fb terlihat status sang Ayah tentang keterlambatannya ke bandara sehingga pesawat yang akan dinaiki oleh beliau sudah terbang. - Hehe.  (Dasar Ayah) :D Kemudian Ayah menelfon dan memberi kabar bahagia tentang satu permintaanku kepadanya saat sebulan yang lalu inginkan suatu benda dan dia memberitahu bahwa benda itu telah ia beli dan untukku. Tak henti rasa bahagia saat Ayah berucap, “Kemarin mb mau Ayah belikan ****** kan? Sudah ayah beli dan nanti kalau mb pulang waktu lebaran, mb ambil.” Jawabku, “Kelamaan ayah, kirimkan saja.” (sambil tertawa kecil karena saking bahagianya). Alhamdulillah. Ucapan syukur ini tak henti aku lontarkan. Terus apa hubungannya dengan judul diatas? “Muhasabah” (Intropeksi Diri) Hmm, apa ya? Hah, Cek I Do Te..
MUHASABAH”
Apa itu? Kata yang tak asing lagi kita dengar bukan?
Muhasabah adalah Evaluasi diri atau akrabnya kita sering sebut intropeksi diri.
-Dari Syadad bin Aus r.a., dari Rasulullah saw., bahwa beliau berkata, ‘Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah swt. (HR. Imam Turmudzi, ia berkata, ‘Hadits ini adalah hadits hasan’)-
            Pentingnya Muhasabah bagi seorang muslim, sebab dengannya kita akan lebih bisa tahu apa yang kurang dari diri kita, kesalahan apa yang menyebabkan kita begini dan begitu atau karena apa kita melakukan kesalahan itu?
            Tertuju kembali pada cerita telah dibelikannya benda yang aku inginkan oleh sang Ayah, maka akan kita kaitkan sekarang dengan muhasabah.
            Beberapa menit sehabis Ayah selesai menelfon aku terdiam dan tiba-tiba air mata itu jatuh. Aku merasa malu kepada Dzat yang Maha Memberi. Malu sebab aku masih berada dalam lingkarang sang Futur yang menyebalkan. Terbenakku sampai air mata jatuh adalah karena aku merasa beruntung namun kadang lalai untuk bersyukur kepada Rabb yang jiwaku ada dalam genggaman-Nya. Ya, malu ketika begitu banyak pemberian-Nya yang tak terkira mulai dari nafas, Nikmat Islam, iman dan Taufik serta Hidayah-Nya yang membuatku menjadi seorang Putri yang sekarang, kedua orang tua yang masih ada, adik-adik yang lucu, keluarga yang senantiasa mendukungku, punya mbak yang menyayangiku, insan-insan Shalihah nan bijaksana yang menemani hari-hariku, masa-masa kuliah yang masih bisa aku nikmati, dan masih banyak nikmat-Nya yang tak sanggup aku hitung.
            Muhasabah dari nikmat nafas. Terkadang, saat bangun tak jarang doa lupa aku tuturkan pada sang Maha Menghidupkan. Padahal Dia begitu amat mencintaiku yang karena cinta-Nya kepadaku, aku masih mampu menghirup udara pagi hari, melaksanakan Shalat subuh dan menjalankan aktivitasku.
            Nikmat Islam, iman dan Taufik serta Hidayah-Nya yang membuatku menjadi seorang Putri yang sekarang. Mampu memilah mana yang benar dan yang salah. Mampu tahu yang syar’i dan yang hanya logika saja. Allah mencintaiku dengan berubahnya aku seperti ini. –Terimakasih ya Rabb- :’)
            Kedua Orang Tua yang masih utuh aku miliki yang tak jarang karena keasyikan dalam bermain dan tinggal di Yogya aku lupa menghubungi mereka. (Astaghfirullah) L Pun tak jarang kemanjaanku sbg anak membuat mereka terbebani untuk menuruti permintaanku akan suatu benda atau yang lain. Tak jarang pula aku memintanya dengan sesekali memaksakan kehendakku. –Maafkan Mbak, Ayah, Ibu- :’(
            Adik-adikku yang lucu yang tak jarang aku lupa menanyakan kabar mereka. Pun tak jarang aku lupa bahwa sebelum aku mendakwahi teman-temanku, lingkup keluarga jangan sampai aku lupakan, tapi kadang aku masih saja tak menghiraukan perkembangan mereka disana. –Maafkan Mb, Ridho, Ofiq- :’(
            Keluargaku yang masih mendukungku. Nenek, Atok, Mbah Lanang, Mbah Wedok. Kakek dan nenek dari Ayah dan Ibu yang masih lengkap. Bukankah ini nikmat-Nya? Ketika diluar sana mungkin ada yang tidak bisa melihat dan merasakan kasih sayang Kakek dan Neneknya lagi
            Memiliki Mb kesayangan yang senantiasa berucap “Kan ada Mb disisi Adek,” saat aku sedang sedih dan butuh seseorang yang mengerti suasana hatiku, tapi tak jarang aku sakiti dia dengan sikap egoisku yang inginkan sesuatu besar untuk kebaikannya dengan penyampaian yang salah. –Maafkan Adek, Mb Sayang- :’(
            Insan-insan shalihah nan bijaksana yang menemani hari-hariku. Yang mungkin lewat lidah tak bertulang ini aku menyakiti mereka, lewat sikap yang tanpa aku sadari melukai perasaan mereka, yang dengan candaku kadang membuat perih hati mereka., dan yang dengan kemanjaanku membuat kesalahpahaman dan kecemburuan antar sesama. –Maafkan aku- :’(
            Untuk masa-masa kuliah yang masih ku nikmati hingga saat ini yang diluar sana tak semua bisa kuliah dan merasakan punya banyak teman-teman dari segala penjuru wilayah di Indonesia.
            Sekarang, satu pertanyaan dalam benakku yang mengakibatkan air mataku jatuh. “Fa Biayyi ‘Alaaaaai Rabbikuma Tukadzibaan?” (Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?)
Bait-bait kata indah untukku, untukmu, untuk kita.
Bukankah begitu banyak nikmat-Nya yang masih aku rasakan, namun kadang aku lalai bersyukur atas pemberian-Nya?
Atas nafas yang masih bisa aku hirup
Atas nikmat memiliki Ayah Ibu yang masih utuh
Atas tubuh yang masih bisa berdiri tegak
Atas kasih sayang dari orang-orang sekitar
Atas makanan yang masih bisa dimakan dengan hanya membeli tanpa mencari uangnya terlebih dahulu
Atas masa-masa indah dibangku perkuliahan
Atas sesuatu yang aku inginkan dan Engkau mengabulkan
Atas kebersamaan dengan insan-insan shalihah
Atas Islam dan Iman serta Hidayah yang masih melekat dalam hati
Ah, begitu sombongnya aku yang lalai bersyukur
Rabb, ampuni aku, rangkul kembali jiwa yang lemah ini agar dekat selalu pada-Mu
Terimakasih atas segala yang telah Engkau beri dalam kehidupanku
Aku Mencintai-Mu
Aku Merindukan-Mu

Hufh, tarik nafas dulu ya. :p Kawan, Dia begitu baik bukan? Saat jiwa kita lalai dari mencintai-Nya, lalai dari merindukan-Nya, lebih mencintai nikmat dunia dari pada menyiapkan bekal akhirat, dan lebih terbuai dengan kenikmatan dari-Nya sehingga kita lupa bahwa nikmat dari-Nya adalah bentuk kasih sayang-Nya pada kita, tapi kadang kita terlalu menikmati nikmat-Nya hingga lupa akan Dia. Tapiiiiiiii, Dia tak pernah lupa akan kita, Dia tetap menyayangi kita, meski kadang kita lalai, meski kadang kita buat Dia murka, meski kadang kita sakiti Dia, meski kadang kita Ingkar atas janji-Nya.
            Sekarang. Bangkit bersamaku untuk membuat-Nya mencintai kita, yuk!!! ^^ Bangkit untuk membuat-Nya rindu pula dengan kita. Sebab jika Dia telah mencintai kita, maka ketika lisan kita berucap adalah dengan lisan-Nya, mendengar dengan pendengaran-Nya, melihat dengan penglihatan-Nya dan melangkah dengan Kaki-Nya. Semoga kita senantiasa dalam nanungan hidayah dan Taufiq-Nya hingga bila kelalaian kembali kepada kita, kita mampu perbaiki segera.
“MUHASABAH CINTA”

NB ; Jangan pernah bosan baca tulisan saya ya.. :p
Sabtu, 30 Maret 2013
@My fav room in DT
“Princess Shalihah”
Yang akan terus berkarya.. (^^)

0 komentar:

Posting Komentar