Jumat, 29 Maret 2013

Muhasabah ^^


Muhasabah

Pagi ini, selesai semua pekerjaan rumah dari mulai nyapu sampai nyuci piring dan nyuci pakaian, aku putuskan untuk bersantai di kamar sang mb kesayangan dengan online fb dan twitter. Saat on di fb terlihat status sang Ayah tentang keterlambatannya ke bandara sehingga pesawat yang akan dinaiki oleh beliau sudah terbang. - Hehe.  (Dasar Ayah) :D Kemudian Ayah menelfon dan memberi kabar bahagia tentang satu permintaanku kepadanya saat sebulan yang lalu inginkan suatu benda dan dia memberitahu bahwa benda itu telah ia beli dan untukku. Tak henti rasa bahagia saat Ayah berucap, “Kemarin mb mau Ayah belikan ****** kan? Sudah ayah beli dan nanti kalau mb pulang waktu lebaran, mb ambil.” Jawabku, “Kelamaan ayah, kirimkan saja.” (sambil tertawa kecil karena saking bahagianya). Alhamdulillah. Ucapan syukur ini tak henti aku lontarkan. Terus apa hubungannya dengan judul diatas? “Muhasabah” (Intropeksi Diri) Hmm, apa ya? Hah, Cek I Do Te..
MUHASABAH”
Apa itu? Kata yang tak asing lagi kita dengar bukan?
Muhasabah adalah Evaluasi diri atau akrabnya kita sering sebut intropeksi diri.
-Dari Syadad bin Aus r.a., dari Rasulullah saw., bahwa beliau berkata, ‘Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah swt. (HR. Imam Turmudzi, ia berkata, ‘Hadits ini adalah hadits hasan’)-
            Pentingnya Muhasabah bagi seorang muslim, sebab dengannya kita akan lebih bisa tahu apa yang kurang dari diri kita, kesalahan apa yang menyebabkan kita begini dan begitu atau karena apa kita melakukan kesalahan itu?
            Tertuju kembali pada cerita telah dibelikannya benda yang aku inginkan oleh sang Ayah, maka akan kita kaitkan sekarang dengan muhasabah.
            Beberapa menit sehabis Ayah selesai menelfon aku terdiam dan tiba-tiba air mata itu jatuh. Aku merasa malu kepada Dzat yang Maha Memberi. Malu sebab aku masih berada dalam lingkarang sang Futur yang menyebalkan. Terbenakku sampai air mata jatuh adalah karena aku merasa beruntung namun kadang lalai untuk bersyukur kepada Rabb yang jiwaku ada dalam genggaman-Nya. Ya, malu ketika begitu banyak pemberian-Nya yang tak terkira mulai dari nafas, Nikmat Islam, iman dan Taufik serta Hidayah-Nya yang membuatku menjadi seorang Putri yang sekarang, kedua orang tua yang masih ada, adik-adik yang lucu, keluarga yang senantiasa mendukungku, punya mbak yang menyayangiku, insan-insan Shalihah nan bijaksana yang menemani hari-hariku, masa-masa kuliah yang masih bisa aku nikmati, dan masih banyak nikmat-Nya yang tak sanggup aku hitung.
            Muhasabah dari nikmat nafas. Terkadang, saat bangun tak jarang doa lupa aku tuturkan pada sang Maha Menghidupkan. Padahal Dia begitu amat mencintaiku yang karena cinta-Nya kepadaku, aku masih mampu menghirup udara pagi hari, melaksanakan Shalat subuh dan menjalankan aktivitasku.
            Nikmat Islam, iman dan Taufik serta Hidayah-Nya yang membuatku menjadi seorang Putri yang sekarang. Mampu memilah mana yang benar dan yang salah. Mampu tahu yang syar’i dan yang hanya logika saja. Allah mencintaiku dengan berubahnya aku seperti ini. –Terimakasih ya Rabb- :’)
            Kedua Orang Tua yang masih utuh aku miliki yang tak jarang karena keasyikan dalam bermain dan tinggal di Yogya aku lupa menghubungi mereka. (Astaghfirullah) L Pun tak jarang kemanjaanku sbg anak membuat mereka terbebani untuk menuruti permintaanku akan suatu benda atau yang lain. Tak jarang pula aku memintanya dengan sesekali memaksakan kehendakku. –Maafkan Mbak, Ayah, Ibu- :’(
            Adik-adikku yang lucu yang tak jarang aku lupa menanyakan kabar mereka. Pun tak jarang aku lupa bahwa sebelum aku mendakwahi teman-temanku, lingkup keluarga jangan sampai aku lupakan, tapi kadang aku masih saja tak menghiraukan perkembangan mereka disana. –Maafkan Mb, Ridho, Ofiq- :’(
            Keluargaku yang masih mendukungku. Nenek, Atok, Mbah Lanang, Mbah Wedok. Kakek dan nenek dari Ayah dan Ibu yang masih lengkap. Bukankah ini nikmat-Nya? Ketika diluar sana mungkin ada yang tidak bisa melihat dan merasakan kasih sayang Kakek dan Neneknya lagi
            Memiliki Mb kesayangan yang senantiasa berucap “Kan ada Mb disisi Adek,” saat aku sedang sedih dan butuh seseorang yang mengerti suasana hatiku, tapi tak jarang aku sakiti dia dengan sikap egoisku yang inginkan sesuatu besar untuk kebaikannya dengan penyampaian yang salah. –Maafkan Adek, Mb Sayang- :’(
            Insan-insan shalihah nan bijaksana yang menemani hari-hariku. Yang mungkin lewat lidah tak bertulang ini aku menyakiti mereka, lewat sikap yang tanpa aku sadari melukai perasaan mereka, yang dengan candaku kadang membuat perih hati mereka., dan yang dengan kemanjaanku membuat kesalahpahaman dan kecemburuan antar sesama. –Maafkan aku- :’(
            Untuk masa-masa kuliah yang masih ku nikmati hingga saat ini yang diluar sana tak semua bisa kuliah dan merasakan punya banyak teman-teman dari segala penjuru wilayah di Indonesia.
            Sekarang, satu pertanyaan dalam benakku yang mengakibatkan air mataku jatuh. “Fa Biayyi ‘Alaaaaai Rabbikuma Tukadzibaan?” (Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?)
Bait-bait kata indah untukku, untukmu, untuk kita.
Bukankah begitu banyak nikmat-Nya yang masih aku rasakan, namun kadang aku lalai bersyukur atas pemberian-Nya?
Atas nafas yang masih bisa aku hirup
Atas nikmat memiliki Ayah Ibu yang masih utuh
Atas tubuh yang masih bisa berdiri tegak
Atas kasih sayang dari orang-orang sekitar
Atas makanan yang masih bisa dimakan dengan hanya membeli tanpa mencari uangnya terlebih dahulu
Atas masa-masa indah dibangku perkuliahan
Atas sesuatu yang aku inginkan dan Engkau mengabulkan
Atas kebersamaan dengan insan-insan shalihah
Atas Islam dan Iman serta Hidayah yang masih melekat dalam hati
Ah, begitu sombongnya aku yang lalai bersyukur
Rabb, ampuni aku, rangkul kembali jiwa yang lemah ini agar dekat selalu pada-Mu
Terimakasih atas segala yang telah Engkau beri dalam kehidupanku
Aku Mencintai-Mu
Aku Merindukan-Mu

Hufh, tarik nafas dulu ya. :p Kawan, Dia begitu baik bukan? Saat jiwa kita lalai dari mencintai-Nya, lalai dari merindukan-Nya, lebih mencintai nikmat dunia dari pada menyiapkan bekal akhirat, dan lebih terbuai dengan kenikmatan dari-Nya sehingga kita lupa bahwa nikmat dari-Nya adalah bentuk kasih sayang-Nya pada kita, tapi kadang kita terlalu menikmati nikmat-Nya hingga lupa akan Dia. Tapiiiiiiii, Dia tak pernah lupa akan kita, Dia tetap menyayangi kita, meski kadang kita lalai, meski kadang kita buat Dia murka, meski kadang kita sakiti Dia, meski kadang kita Ingkar atas janji-Nya.
            Sekarang. Bangkit bersamaku untuk membuat-Nya mencintai kita, yuk!!! ^^ Bangkit untuk membuat-Nya rindu pula dengan kita. Sebab jika Dia telah mencintai kita, maka ketika lisan kita berucap adalah dengan lisan-Nya, mendengar dengan pendengaran-Nya, melihat dengan penglihatan-Nya dan melangkah dengan Kaki-Nya. Semoga kita senantiasa dalam nanungan hidayah dan Taufiq-Nya hingga bila kelalaian kembali kepada kita, kita mampu perbaiki segera.
“MUHASABAH CINTA”

NB ; Jangan pernah bosan baca tulisan saya ya.. :p
Sabtu, 30 Maret 2013
@My fav room in DT
“Princess Shalihah”
Yang akan terus berkarya.. (^^)

Kamis, 07 Maret 2013

Kita Bunga yang Mana? Yang diRindukan Surga atau yang diRugikan diDunia?



Assalamu’alaikum.. Semoga tidak bosan-bosannya membaca tulisan saya. :’)
“PACARAN”
Engkau tahu apa maknanya, kawan?
Pacaran memiliki makna dari Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah  "teman lawan jenis yg tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih",  sedang menurut pendapatku adalah : satu hubungan tanpa ikatan yang suci yang Allah dan Nabi Muhammad tak menyukainya.
Pacaran bermula dari kenalan, mulai saling dekat, lanjut pada proses pendekatan lebih dalam dengan biasanya si cowok akan berkata atau mengungkapkan “Mau nggak jadi pacarku?” Nah, ketika si cewek juga menyukai cowok -yang biasa bahasa keren muda-mudi sekarang “NEMBAK”-, maka si cewek akan menjawab iya tanpa berpikir panjang dampak dan dosa apa yang ada dalam aktivitas pacaran yang akan dilaluinya yang penting dalam benaknya dia sayang juga sama si cowok dan hujatan “jomblo” secara otomatis lepas dari dirinya. L Sedih kalau sudah seperti ini.
            Seperti biasa,  tiap tulisan di Blogku adalah kebanyakan tentang pengalaman pribadi yang aku anggap ada hikmah didalamnya. Cek I Do Te.. J
            Awal sebelum aku melanjutkan, aku ingin bertanya, “Kita kah bunga akhir zaman yang di rindu Surga atau Kita kah bunga yang dirugikan di akhir zaman?” Aku berharap kita adalah bunga akhir zaman yang di rindukan Surga. J aamiin..
            Teman, kita wanita sangat dijaga dalam Islam, Allah mengistimewakan kita untuk senantiasa dilindungi oleh kaum Adam, Allah juga menjaga kehormatan kita dengan memerintahkan kita menggunakan Jilbab sebagai penutup aurat (baca=bukan hanya penutup kepala). Lantas, akankah diri kita yang jelas-jelas sudah dijaga Allah dan Allah beri kita kehormatan yang begitu sangat terhormat malah kita sendiri yang menghancurkan MAHKOTA yang Allah beri itu? salah satu menghancurkan kehormatan kita adalah dengan jalan “Pacaran.” Ya, -pacaran-, kata yang tak asing kau dengar dan kau sering baca di novel-novel percintaan kan, teman?
“Ada apa dengan pacaran? Apa salahnya pacaran? Kan sama-sama suka. Juga kami nggak ada ngelakuin hubungan yang macam-macam kok. Kamu urusin saja urusanmu, jangan urusin urusan kami yang pacaran dan segala bla-blanya.” Bukankah ini yang sering di lontarkan ketika ada seseorang yang menegur atau menasehati kita agar tidak pacaran?, tapi pernahkah berpikir sejenak dan mulai ambil Al-qur’an atau handphone atau buka internet untuk mencari apa sih hukum pacaran dalam islam? Bagaimana sih islam memandang pacaran itu? Adakah pacaran yang Islami? Ayolah kawan, islam bukan sekedar shalat lima waktu, puasa, zakat, haji, TIDAK!!! Islam memiliki begitu banyak aturan dan adalah agama yang mengatur segala aspek kehidupan kita. Aku masih ingat yang di katakan mbak Ari “Islam mengatur dari bangun tidur hingga bangun negara. Dari masuk kamar mandi sampai masuk liang lahat.” Ya, begitulah sempurnanya agama yang kita anut ini, Diin yang satu-satunya diRidhoi oleh Allah. Ketika kita lepaskan islam dari aspek kehidupan kita, maka tunggulah saatnya kita akan sesat di dunia juga di akhirat. Na’uzdubillah min dzalik. L Tidak inginkan, kawan?
            Sore ini, tepat setelah aku sampai rumah dan selesai shalat ashar, aku langsung menarikan jari-jariku untuk menulis. Pengalaman yang aku dapat yang sedikit banyak bukan hanya menggelikan, tapi membuatku menyesal karena tak langsung ambil andil dalam melarang dua cucu Adam untuk tidak berbuat maksiat. Kalian tahu apa yang aku liat sore ini, kawan? Baca ceritaku!!!
“Mau makan ice creamnya dimana dek?” Tanya Kak Vie.
“Di lapangan aja yok!” Jawabku singkat sembari mulai menghidupkan motor menuju tanah lapang.
“Lapangan mana kak?”
“Belok kiri ya dek, yang lapangan disana.”
“Ok.”
Motorku, ku lajukan ke arah lapangan dan ku hentikan di depan sebuah batu berbentuk lingkaran yang berfungsi sebagai tempat duduk. Aku dan kak Vie pun duduk dan mulai memakan ice cream kami sembari beberapa kali berfoto. Disaat berfoto, mataku tiba-tiba tertuju pada pemandangan yang membuatku sangat sedih dan langsung mengucap istighfar. Kalian bisa menebaknya kah? Aku melihat sepasang kekasih yang masih menggunakan baju sekolah (baca=putih abu-abu) sedang berdua-duaan di sudut lapangan, dibalik sebuah pohon besar. Kalian sudah membayangkannya? Mereka duduk di atas motor, dengan posisi si cowok menghadap kebelakang dan si cewek duduk menghadap samping. Berulang kali aku coba untuk tidak melihat aktivitas mereka, tapi mataku selalu tertuju kesana. Aku tidak bisa ambil diam, kawan. Sejenak aku terdiam dan berkata ke Kak Vie, “Kak, kita berdosa loh.” “Loh kok?” herannya.
“Iya, disaat kita melihat suatu kemaksiatan dan kita tidak berbuat apa-apa dan hanya melihatnya saja, kita sudah termasuk dalam kemaksiatan itu.” jawabku dengan cemberut.
“Jadi?” tanyanya.
“Dd maunya kesana dan menegur mereka, tapiiiiiii dd nggak berani.” Ucapku.
“Yaudah, jadi gimana?”
Akhirnya, kami lanjut makan ice cream dan hanya diam-diaman. Aku yang bingung setengah ampun ditambah lagi dengan mata yang terus risih melihat sang cowok yang tidak hanya sekali memeluk dan mencium ceweknya, tapi berulang-ulang kali ketika mataku tertuju pada mereka. “Ampuni aku Allah dan berilah hidayah-Mu pada mereka.” Hanya kalimat ini yang bisa aku ucap dalam hati ketika adzan ashar berkumandang. Ya, adzan pun tidak bisa menghalangi aktivitas mereka, sang cowok terus mencium ceweknya, dan sang cewek hanya bisa diam. “Hey, dimana hati nurani dan urat malu yang Allah beri padamu, wahai adikku yang berkerudung? Pasrahkah tubuh sucimu engkau beri pada laki-laki bejat yang belum tentu dia akan menjadi suamimu? Sayangi dirimu dekku.” Ucapku dalam hati dengan kejengkelan pada diriku sendiri yang tak kunjung bisa menggerakan badan dan motor menuju mereka. “Allah, ampuni aku.” Ucapku sambil menatap kak Vie dengan wajah lemas.
            Ternyata, Allah memang punya rencana yang telah Dia skenariokan untuk kami sore ini. Apa pudh? J Aku melihat banyak adik-adik cowok yang sedang berkumpul. Aku memanggil mereka dan seketika mereka datang menujuku dengan motor mereka.
“Ada apa kak?” tanya salah satu di antara mereka.
“Kakak mau kalian mengusir mereka (tunjukku pada dua orang di pojok lapangan) dan kalau kalian bisa kakak kasih 20rb. Mau?”
“Mau lah, berani pun kami. Ah, jangan bohong kakak ya. (dengan logat medan yang emang keras).” :D
“Iya, laksanakanlah.”
Mereka pun pergi menghampiri yang sedang pacaran dan menyuruh mereka pergi dari situ. Singkat cerita, akhirnya sepasang kekasih itu pergi dan lewat jalan lain dan kemungkinan tidak berani untuk melewati tempat dimana aku dan kak Vie duduk.
“Alhamdulillah. Akhirnya.” Gumamku dalam hati.
Adik-adik itu pun menghampiriku dan menagih janjiku dan akhirnya aku memberikan uang pada mereka. Beberapa menit kemudian, aku mengajak kak Vie untuk pulang dan akhirnya sampai di rumah.
LEGAHKAH PUTRI? Tidak, kawan. Aku tak legah, aku masih penuh dengan penyesalan. Loh kok? Ya, aku masih menyesal, menyesal kenapa tidak aku langsung yang menegur mereka, kenapa tidak aku langsung yang bisa menasehati mereka, kenapa tidak aku langsung yang mengatakan bahwa “adikku, biar kakak saja yang mengantarkanmu pulang.” (kepada cewek). Ah, aku masih penuh dengan penyesalan sampai pada aku mengetik tulisan ini. L “Kemanakah mereka pergi? Apakah ke rumah mereka masing-masing setelah aku mengusir mereka lewat perentara adik-adik tadi? Atau malah berpindah tempat saja?” Hah, perrtanyaan ini mulai dari beranjak dari lapangan sampai pada saat aku mengetik tulisan ini juga. L “Aku mohon ampun, Allah.” L
Siapa yang paling dirugikan dalam hal ini? Siapa? Siapa? Hah, kita tentu tahu jawabannya bukan? Ya, “WANITA.” Makhluk indah nan dijaga oleh Allah, makhluk indah bak mutiara di lautan yang tak sembarang tangan bisa menyentuhnya, makhluk cantik bak berlian yang tak sembarang orang bisa memilikinya. Lantas, dimana mahkota kesucian, keindahan, kecantikan yang kita miliki jika kita telah memberinya pada laki-laki yang jelas-jelas bukan suami kita yang bisa saja dia akan meninggalkan kita 1 atau 2 atau 3 bulan setelah melakukan aktivitas pacaran? L Tidakkah cukup Al-qur’an sebagai pedoman bagi hidup kita? Di hadist Rasulullah bersabda dan Allah sangat memuliakan kita dengan berkata “lebih baik di sentuhkan jarum panas bagi seorang pemuda dari pada menyentuh wanita yang bukan mahram.” Di Surah An-Nur Ayat 31 dan Al-Ahzab Ayat 59, Allah memerintahkan wanita untuk menundukkan pandangan, berkerudung serta berjilbab. Di Ayat lain yang artinya : “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan seburuk-buruk jalan”. (Al Isra’ [17] : 32). Allah memerintahkan kita untuk tidak mendekati zina. Pun apakah kurang yakin lagi kita dengan larangan pacaran karena di dalamnya terdapat banyak zina? padahal jelas dalam Hadis riwayat Abu Hurairah ra, beliau bersabda: Sesungguhnya Allah telah menentukan bagian zina pada setiap manusia dan pasti akan ada olehnya dan tidak dapat dihindari. Zina kedua mata ialah memandang, zina lisan (lidah) ialah mengucapkan, sedangkan jiwa berharap dan berkeinginan dan kemaluanlah (alat kelamin) yang akan membenarkan atau mendustakan hal itu. (Shahih Muslim No.4801)
Ayolah, kita lah bunga akhir zaman yang dirugikan, apabila kita tidak menjaga kehormatan kita. Hijablah diri dan hati dengan iman, kawan. Allah perintahkan kita berkerudung di Surah An-nur ayat 31 dan berjilbab dalam Surah Al-ahzab ayat 59. Bukalah Al-qur’an, bacalah, dan marilah pelajari makna dan tafsirnya. Berjalanlah bersamaku, kawan!! Menyeru pada kebaikan sembari terus memperbaiki diri yang masih banyak kesalahan. Bukankah kita sering mendengar sesungguhnya manusia yang paling baik adalah yang bermanfaat bagi orang lain dan yang paling baik akhlaknya? Yang menyeru pada kebaikan dan mencegah pada kemungkaran? L Maka, mari kita kerjakan yang Allah perintahkan dalam Al-qur’an dan berusahalah untuk meninggalkan apa-apa yang membuat-Nya murka, termasuk PACARAN. Sekali lagi aku ingin mengingatkan, “KITALAH YANG AKAN DIRUGIKAN.” Jika kamu berdalih mengatakan, “kami pacaran nggak macam-macam kok, saling mengingatkan untuk shalat, bahkan sering sms malam-malam buat ingatin satu sama lain shalat tahajud.” Aduuuuh, #tepokjidat. Kawanku, muslimah-muslimah yang dirindukan Surga, itu hanya salah satu dari banyak tipu daya setan yang sedang ambil andil dalam kehidupanmu, itu hanya jalan yang tetap sesat namun setan mengindahkan pendapatmu bahwa yang kau lakukan benar padahal Allah murka.  Dalam Surah An-Nur Ayat 21 Allah berfirman yang artinya : “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah Setan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah Setan, maka sesungguhnya Setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan mungkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan Rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Duh, kalau ALIM kok pacaran? Katanya shalih, tapi kok gandengan tangan dengan yang bukan mahram? Katanya remaja yang cinta Rasul, duh kenapa malah melaksanakan yang bukan di Sunnahkan oleh Beliau? Bukankah kamu telah mengetahui cerita tentang Ali bin Abu Thalib dan juga Fatimah Az-zahra? Mereka saling mencintai, namun dalam diam hingga setan pun tak tahu kalau mereka saling jatuh cinta. Yang pada akhirnya Rasul yakin bahwa anaknya Fatimah dinikahkannya dengan Ali Bin Abu Thalib padahal sebelumnya sahabat-sahabat nabi telah meminta izin terlebih dahulu pada Nabi untuk meminang anaknya. Indah bukan? Ketika cinta didasari karena Allah dalam diam, dan kalau pun tak bisa dalam diam, ungkapkanlah wahai penerus Adam dengan berkata, “Maukah engkau menjadi wanita yang menemani hari-hariku untuk selalu memuja-Nya? Bangun bersamaku menghidupkan tiap sepertiga malam dengan bermunajat pada-Nya? Berjalan bersamaku mengarui tiap kerikil rumah tangga menuju Ridho-Nya?” SubhanAllah, indah bukan? Inilah ucapan laki-laki shalih yang benar-benar mencintai kita, bukan malah yang berkata “Maukah kamu menjadi pacarku?” oh, tidak bisa, ini bukan tipe lelaki shalih. (Pacaran sama tembok saja sana) :D hehe..
Kita inginkan lelaki shalih yang bisa menuntun kita ke Surga-Nya bukan? Imam yang mampu membimbing kita dunia dan akhirat. Menjadi pemimpin bagi diri kita juga pangeran dan bidadari-bidadari kecil kita nanti. Yang selalu mencintai kita dengan landasan karena Allah. Ah, aku saja inginkan ini, pun aku tahu kalian juga bukan? J Maka, aku mohon wahai para muslimah, wanita-wanita akhir zaman yang dirindukan Surga, dan yang nantinya menjadi madrasah bagi putra-putrinya, ayolah!!! STOP PACARAN, STOP MENGGADAIKAN KESUCIAN DIRIMU (meski hanya sebatas pegangan tangan atau cium kening), TOLAK YANG INGIN MENJADI PACARMU, tapi TERIMALAH YANG BERANI MENDATANGI WALIMU UNTUK MENJADIKANMU ISTRI BAGINYA..!!! Sekarang, tinggalkan aktivitas yang tak punya manfaat itu (baca=pacaran), dan mulai berjalan bersamaku untuk menjadi muslimah yang Kaffah yang di rindukan Surga, yang disayangi Allah, dan dinanti Rasulullah dan yang diperbincangkan para malaikat atas keshalihahan diri kita. SubhanAllah, indahnya menjadi wanita shaliha yang menjaga kehormatan diri. J
Allah pun menyinggung lagi tentang pasangan kita dalam Surah An-nur Ayat 26 yang artinya : “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (Surga).”
Tidak jelaskah bagimu bahwa Allah itu telah mengatur segalanya dalam kehidupan kita? Bahkan tentang jodoh sekalipun Dia telah menjanjikannya buat kita. 1 kalimat yang sangat menginspirasi dan tidak akan aku lupa, “Allah tidak pernah mengkocok dadu untuk kehidupan kita.” Kalian mengerti maknanya bukan? Dia, Allah Azza Wa Jalla, tidak semata-mata melarang kita melakukan ini dan itu atau memerintahkan kita untuk melakukan ini dan itu juga tanpa sebab dan itulah tanda sayang dan cinta-Nya buat kita. Kemudian, mana bukti kita yang mengaku mencintai Allah dan Rasul melebihi cinta yang lain? Kalau saja pacaran masih kita lakoni? Padahal Rasul tak menSunnahkannya untuk kita lakukan. L Sekali lagi aku ingin bertanya, “MANA BUKTI KITA MENCINTAI ALLAH DAN RASUL? JIKA KITA LEBIH MENCINTAI KEKASIH YANG BELUM HALAL ITU?”
STOP PACARAN ya, mulai dari sekarang!!! Dan berjalan bersamaku menuju Ridho-Nya menjadi Bunga Akhir Zaman yang diRindukan Surga, bukan Bunga yang diRugikan di Akhir Zaman. Oke muslimah-muslimah shalihah? Aku mengurusi kehidupan percintaan kalian bukan karena aku punya masa buruk terkait pacaran di masa laluku, atau sok alim apalagi munafik karena tidak mau pacaran. TIDAK, aku begini karena aku sayang kepada kalian, aku tidak ingin kita di lecehkan, yang aku ingin adalah kita ubah pola pikir dunia kita dengan pola pikir akhirat sebagai tujuan kita. Yuk, menjadi “Muslimah yang Kaffah.” J
INGAT, STOP PACARAN..!!!!!
Semoga senantiasa kita dilindungi oleh-Nya, dan senantiasa istiqomah menuju Jannah-Nya. Aamiin.. Maaf jika ada salah kata dan kekurangan dalam tulisan ini, monggo di kritik dan di sarani. Aku masih belajar dan akan terus belajar. J
*”Salam cintaku untuk kalian karena Allah dan tetaplah berusaha menjadi “Wanita Shalihah” dambaan penghuni Surga.” ^^ {}

Galang, Deli Serdang, Sumatera Utara.
                                                            Rabu, 13 Februari 2013..
                                                            “Princess Shalihah yang terus akan berkarya” J
                                                            “Rizki Putri Ramadhani Margolang”

"Futur"



Assalamu’alaikum..
Semoga yang menyempatkan diri untuk membaca “tulisan saya” (lagi) senantiasa mendapatkan ilmu dan rahmat juga berkah dari-Nya. Aamiin.. ^^
Setelah menyapa, kali ini seperti biasa, selalu memberi tahu tujuan dan karena apa tulisan-tulisan saya ada. ^^ Jawabannya tetap akan sama : tujuannya adalah menginspirasi banyak insan-insan shalih/ah dan berlandaskan alasan karena –ini pengalaman pribadi- yang insyaAllah akan senantiasa mencurahkan ilmu kepada yang membaca. Aamiin ^^
“Cek I Do Te”
            Tak terasa kurang lebih 2 minggu aku nikmati liburanku dengan membagi waktu di Medan, Pakam, Galang, dan saat mengetik tulisan ini aku sedang berada di depan Lapy kesayangan bertempat di BT.Pom Oil Mill, Muko-Muko, Bengkulu.
            Li-bu-ran. Ya, 1 kata yang siapa sih tidak mau menikmatinya? Semua yang punya aktivitas tertentu bahkan meskipun tidak kerja dan hanya di rumah saja mau jika diajak untuk berlibur. Ya kan? Tapi disini, bukan liburannya yang akan dibahas, melainkan apa saja pelajaran yang didapat dari liburan kurang lebih 2 minggu yang telah aku lalui. *.*
            Pagi ini, ntah mengapa ada hasrat ingin berbagi ilmu lagi kepada pembaca, tentang bagaimana jiwa yang masih perlu banyak belajar dan berbenah diri ini menyampaikan pengalaman rasa yang mungkin juga sering kalian rasakan. “FUTUR” Ya, liburan telah membuatku nyaris futur atau memang lagi dititik pusat keFuturan itu dan selama kefuturan itu menemani, aku sadar akan satu hal kawan. Kalian ingin tahu? ^^ “Aku menyadari bahwa aku tidak bisa sendiri, aku harus memiliki seseorang yang senantiasa mengingatkanku untuk terus meningkatkan iman.” Ya, pagi ini, hal itu yang aku pikirkan, sampai pada selesai membereskan rumah, aku melihat tumpukan buku-buku kusam kepunyaan Ayah tersusun rapi dan mulai aku baca tiap judulnya sampai dimana aku menemukan satu judul yang menurutku sangat menginspirasi untuk pembuatan tulisan ini, yakni : “Yang Menguatkan dan Yang Membatalkan Iman.” Huuuufffhh (buang nafas dulu ya?). hehe. Buku karya Dr. Muhammad Na’im Yasin itu, jujur, hanya judulnya saja yang aku baca dengan sesekali membuka halamannya. (hanya membaca judul besar tiap halaman) hehe, tapi dari sekedar judul bukunya, aku terinspirasi untuk menuliskan tentang “Futur” yang belakangan ini aku alami. Yang semoga kalian tidak mengalaminya, karena akan sangat penuh dengan usaha lagi untuk membangkitkan rasa cinta dan ketaatan kepada Allah jika futur itu berkepanjangan, tapi Alhamdulillah, CUKUP futur itu menemaniku 2 minggu belakangan ini, tidak untuk kedepannya. Aamiin. Langsung saja deh, dengan ditemani hujan dan lagu-lagu Edcoustiq mari tarikan jari-jarimu, Princess Shalihah.. {}
Bismillahirrahmaanirrahiim. Untukku, Untukmu, Untuk kita. ^^
            Apa sih definisi Futur? Penyebabnya apa? Trus solusinya bagaimana?
·         Definisi
Definisi ini aku ambil dari Artikel Online Hasan Albanna
-Futur, secara bahasa mempunyai dua makna, pertama yaitu terputus setelah bersambung, terdiam setalah bergerak terus. Kedua yaitu malas, lamban atau kendur setelah rajin bekerja.
Futur secara istilah merupakan suatu penyakit yang dapat menimpa seseorang yang berjuang di jalan Allah. Futur yang paling ringan menyebabkan seseorang terhenti setelah terus-menerus melakukan ibadah. Ar Râghib berkata, “Futûr ialah diam setelah giat, lunak setelah keras, dan lemah setelah kuat.”
Sedangkan dalam bahasa Arab, Futur berasal dari kata : Fatara – Yafturu – Futurun, yang artinya menjadi lemah.
            Maka, aku menyimpulkan bahwa Futur adalah satu kondisi dimana seorang hamba Allah yang sebelumnya gemar melakukan ibadah yang kemudian malas dan mengulur-ulur waktu untuk melakukan ibadah itu. Menurut sms yang masuk ke Handphoneku dan itu dari Teteh shalihah, (hehe) yang senantiasa memotivasiku untuk terus meningkatkan iman, Futur adalah kondisi dimana kita jauh dari Allah.
            Ya, sudah cukup jelas tho? Sudah mengerti maknanya kan? Jadi, nanti ketika ada teman ente-ente yang bilang, “Aku lagi futur ni (dengan muka sedihnya).” Eh, datang ente nanya ke yang lagi furur, “Emang futur itu apaan?” Wah, gawat. Yang lagi futur makin futur dah tu. Hehe. Ya Allah, jauhkan kami dari kefuturan itu. Aamiin.
            Beranjak dari definisi, kita bahas penyebabnya.

·         Penyebab Futur
Setelah diteliti lebih dalam dan bertanya dalam hati nurani sendiri, “Pudh, apasih yang menyebabkan kamu futur?” Nah, si hati jawab, “Aku sekarang jauh dari insan-insan shalihah yang senantiasa menyemangatiku, intensitas mengkaji Al-qur’anku kurang dan Tilawahnya apalagi serta selama liburan tidak ada mengikuti kajian-kajian keislaman.” Hufh (buang nafas lagi ya?) -_- Ya, salah satu faktor utamanya adalah “Jauh dari mereka, insan-insan shalihah yang senantiasa menyemangatiku.” Eits, bukan berarti aku beribadah selama ini karena ada mereka ya? “TIDAK.” Terkadang, untuk menjaga keimanan kita tetap terjaga, kita butuh orang-orang yang selalu menyemangati kita, kita butuh kajian-kajian tentang islam, kita butuh berbaur dengan mereka membahas tentang islam, agar senantiasa untuk menuju Ridho Allah, islam menjadi perbincangan dari lisan-lisan kita.
“Aku masih berbenah diri, aku pun masih banyak kesalahan, aku insan yang masih lemah iman, namun aku tak mau terus seperti ini, bangkit dan bangkit kembali harus ku lakukan.” (bisikku dalam hati)
So, sekarang aku harus beranjak lagi, bangkit kembali dan meninggalkan masa-masa futur itu, ya, sekarang, bukan nanti. ^^ Dan yang harus aku pelajari adalah, bagaimana aku bisa tetap menjaga keimanan saat atau bahkan jauh dari sahabat-sahabat yang shalihah. (Lah, ingat mereka jadi pengen nangis, kangen berat) :’( “InsyaAllah seminggu lagi kita akan bertemu.” Aamiin. ^^
Untuk lebih tahu dan mengerti penyebab futur, maka aku aku ambil penjelasannya dari Artikel Hasan Al-banna ajj ya? Karena sejatinya diri ini masih perlu banyak belajar dan belum terlalu dalam memahami tentang futur.
Cek I Do Te


-Sebab Futur- (Artikel Hasan Al-Banna) bisa diakses di http://www.hasanalbanna.com/futur-sebab-dan-terapinya/

Pertama, berlebihan dalam Din (Agama).
“Sesungguhnya Din itu mudah, dan tidaklah seseorang mempersulitnya kecuali akan dikalahkan atau menjadi berat mengamalkannya.” (H.R. Muslim). Karena itu, amal yang paling di sukai Allah swt. adalah yang sedikit dan kontinyu. “Lakukanlah amal sesuai dengan kemampuanmu karena sesungguhnya Allah tidak merasa bosan sehingga kamu sendiri merasa bosan. Sesungguhnya amalan yang paling disukai Allah ialah yang dilakukan secara rutin walaupun sedikit.” (HR. Bukhari & Muslim).
Kedua, berlebih-lebihan dalam hal yang mubah.
Allah berfirman, “Makan dan minumlah, tapi jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS Al A‘raf: 31).
Ketiga, memisahkan diri dari jamaah.
Mengedepankan hidup menyendiri dan berlepas dari jamaah. Jauhnya seseorang dari jamaah membuatnya mudah dimangsa syetan. Rasulullah bersabda: “Syetan itu akan menerkam manusia yang menyendiri, seperti serigala menerkam domba yang terpisah dari kawanannya.” (HR. Ahmad).
Keempat, sedikit mengingat akhirat.
Banyak mengingat kehidupan akhirat membuat seseorang giat beramal. Selalu diingatakan adanya hisab atas setiap amalnya. Sebaliknya, sedikit mengingat akhirat menyulitkan seseorang untuk giat beramal. Ini disebabkan tidak adanya pemicu amal, yaitu untuk mendapatkan pahala di sisi Allah. Rasulullah bersabda: “Sekiranya engkau mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya engkau akan banyak menangis dan sedikit tertawa. Para shahabat bertanya, “Apa yang Anda lihat wahai Rasulullah?” Aku telah melihat indahnya surga dan ngerinya neraka.” (HR. Muslim).
Kelima, masuknya barang haram ke dalam perut.
Mengkonsumsi sesuatu yang syubhat, apalagi haram. “Barangsiapa menjaga diri dari syubhat, maka ia telah melindungi agamanya dan kehormatannya. Dan barangsiapa terjerumus dalam syubhat, maka ia bisa terperosok dalam keharaman.” (HR. Bukhari no. 52, dan Muslim no. 1599).


Keenam, tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan.
“Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka hati-hatilah kamu terhadap mereka.” (QS Al Ahqaf: 14).
Ketujuh, bersahabat dengan orang-orang yang lemah.
Rasulullah bersabda: “Seseorang sangat dipengaruhi teman dekatnya, maka hendaklah ia melihat (selektif) dengan siapa ia berteman.” (HR. Abu Daud).

Kedelapan, spontanitas dalam beramal.
Tidak ada perencanaan yang baik, baik dalam skala individu (fardi) maupun komunitas (jama’i). Amal yang tidak terencana, tidak memiliki tujuan sasaran dan sarana yang jelas, tidak dapat melahirkan hasil yang diharapkan. Karena itu setiap amal harus memiliki minhajiatul amal (sistematika kerja). Hal ini akan membuat ringan dan mudahnya suatu amal.
Kesembilan, jatuh dalam kemaksiatan.
Perbuatan maksiat membuat hati tertutup dengan kefasikan. Jika kondisi ini terjadi,sulit diharapkan seorang juru dakwah mampu beramal untuk jamaahnya. Menjaga diri sendiri saja kesulitan, aplgi orang lain.
            (Mata melotot ke Lapy dan nelen ludah dalam-dalam sambil berkata, “NO, aku tidak mau seperti yang dipaparkan diatas dan aku tidak seperti itu.”) Mengerikan bukan? Ketika jauh dari Allah, maka maksiat akan kita lakoni. Na’udzubillah Min Dzalik. “KATAKAN TIDAK UNTUK FUTUR, TAPI KATAKAN IYA UNTUK SENANTIASA MENINGKATKAN KEIMANAN.” ^^
            Terus, bagaimana solusinya Put? Nah, ini ni yang harus berpikir keras buat solusinya bagaimana. Hmm, kalau aku sendiri mempunyai solusi yang kerap kali aku lakukan kalau lagi masa-masa futur.
1. Minta sahabat atau bahkan orang terdekat kita untuk terus semangati diri kita untuk bangkitkan keimanan lagi, dengan kata lain, Semangat dari diri sendiri itu jauh lebih penting, tapi tidak salah untuk menambah kadar semangat kita dengan meminta orang terdekat mensupport kita kan? ^^ 2. Berusaha semaksimal mungkin untuk tidak menunda-nunda waktu shalat. 3. Perbanyak aktivitas yang bermanfaat, misalnya : baca Al-qur’an, baca buku-buku tentang islam (penambah wawasan dan keimanan). 4. Senantiasa mengingat Allah (dzikir). 5. Luangkan waktu untuk mengerjakan sunnah nabi, shalat Tahajud atau Dhuha, puasa senin kamis. Eits, tapi kontiniyu yaaaaa!!! ^^ bukan hanya disaat Futur saja. 6. Tinggalkan aktivitas yang mengandung banyak kemubahan. 7. Merenung itu perlu, maka luangkanlah sejenak waktu untuk merenungkan kesalahan kita, penyebab dan solusi atas kefuturan kita dan yang paling ngena sepertinya “Ingat Mati”, dengan begitu, insyaAllah, diri kita akan senantiasa terus menambah keimanan agar memperoleh bekal menuju kematian. (Duh, bicara kematian, ane jadi ngeri sendiri sob. Hufh, semoga kita meninggal dengan Khusnul Khatimah.) Aamiin ^^
            Nah, nggak lengkap dong kalau hanya penyebab Futur dari Artikel Hasan Al-Banna saja yang dituangkan ditulisan ini, jadiiiii terapinya juga harus. Baiklah, cek i do te.
Terapi futur dari Artikel Hasan Al-Banna
1.      Menjauhi maksiat dan keburukan. Sebagaimana ibadah bisa menghindarkan diri dari maksiat, maksiat juga bisa menjauhkan seseorang dari amal-amal kebajikan.
2.      Istiqamah dengan amalan-amalan harian untuk meningkatkan kekuatan rohani dan jasmani. Hanya dengan persiapan rohani dan jasmani sajalah kita dapat mengarungi berbagai macam rintangan kehidupan.
3.      Menjaga waktu-waktu yang utama dan menghidupkan amalan ketaatan. Sebagai contoh, berpuasa pada hari Senin dan Kamis, shalat dhuha, memperbanyak zikir dan doa.
4.      Menjaga diri dari sikap melampau batas dan terlalu menyusahkan diri dalam urusan agama. Melakukan amalan yang sedikit tetapi istiqamah adalah lebih baik daripada melakukan banyak amalan tetapi hanya sesaat.
5.      Menggabungkan diri dengan jemaah Islam dan meninggalkan ‘uzlah. Hanya dengan menyertai jemaah seseorang itu dapat meningkatkan diri dan tidak mudah tertipu oleh syetan.
6.      Mengenali cobaan-cobaan di jalan dakwah, agar tidak mudah patah semangat atau kendur dan futur.
7.      Selalu bergaul dengan orang yang shalih dan banyak melakukan amal shalih.
8.      Memberi hak-hak tubuh dan jasmani seperti istirahat dan menjaga kesehatan.
9.      Memberi ruang pada jiwa untuk menikmati perkara-perkara yang dibolehkan, seperti bergurau, bermain dan berekreasi.
10.  Banyak membaca buku sirah nabi dan sejarah orang-orang yang shalih, agar termotivasi untuk mengikuti jejak mereka.
11.  Senantiasa mengingat mati dan perkara-perkara yang berkaitan dengannya seperti azab kubur dan akhirat.
12.  Sentiasa membayangkan nikmat surga dan azab neraka. Ini akan memantapkan lagi iman dan menguatkan semangat untuk memikul amanah Allah.
13.  Selalu menghadiri majlis ilmu. Ini kerana ia akan mengembalikan semangat yang kendur, dan mengingatkan ajaran yang terlupakan.
14.  Memahami kesempurnaan Islam dengan mengamalkan kesyumulan agama itu sendiri. Ini akan mengelakkan pemahaman yang cetek terhadap Islam.
15.  Sering bermuhasabah diri. InsyaAllah ia akan cepat menyadarkan kita daripada kelesuan dan kemalasan (futur).

Penutup
Ibnul Qayyîm rahimahullah berkata, “Saat-saat futur bagi para shalikin (orang-orang yang meniti jalan menuju Allah) adalah hal yang tak dapat terhindarkan. Barangsiapa yang futûrnya membawa ke arah murâqabah (merasa diawasi oleh Allah) dan senantiasa berlaku benar, tidak sampai mengeluarkannya dari ibadah-ibadah fardhu, dan tidak pula memasukkannya dalam perkara-perkara yang diharamkan, maka diharapkan ia akan kembali dalam kondisi yang lebih baik dari sebelumnya.” (Kitab Madrijus Salikin).
            Nah, wes kabeh pembahasannya kan? ^^ hehe, semoga bermanfaat ya teman. Jangan pernah bosan baca tulisannya si Princess Shalihah ya?!! Panjang lebar, tapi insyaAllah akan senantiasa menginspirasi, sebab dia sedang belajar dan akan terus belajar. Semoga Allah senantiasa meningkatkan keimanan kita dan kita senantiasa meletakkan cinta kepada-Nya di atas cinta yang lain. Aamiin.
Akhir kata, Wassalamu’alaikum dan sebagai penutup aku ingin memberikan satu kalimat motivasi.
“DENGAN MENULIS KITA DAPAT MENGGUNCANG DUNIA” ^^

Pagi yang ditemani rintik-rintik hujan dan music Adcoustic
Bunga Tanjung, Muko-Muko, Bengkulu, Kamis, 21 Feb 2013
“Princess Shalihah” ^^ {}